TEMPO.CO, Jakarta - Rektor Kwik Kian Gie School of Business,
Anthony Budiawan, menilai perbankan Indonesia bakal sulit menghadapi persaingan
pasar bebas ASEAN tahun 2020 tanpa memperbaiki kinerjanya. Hal ini terlihat
dari tiga indikator kondisi perbankan yaitu tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR)
yang relatif rendah disertai dengan Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasi
terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) yang relatif tinggi.
"Mengenakan tingkat suku bunga pinjaman (NIM) yang tinggi untuk
memperoleh tingkat keuntungan Return on Assets (ROA) yang tinggi merupakan
tindakan yang tidak terpuji," ujar Anthony dalam Seminar Nasional
"Inefficient of Banking Sector in Indonesia's Economic Development: Whose
Responsibility?", Selasa, 20 November 2012.Menurut Anthony, pemerintah harus mengambil beberapa kebijakan dalam bidang ekonomi dan finansial untuk mendorong investasi terutama di industri manufaktur. Caranya dengan mendorong industri manufaktur menggunakan teknologi yang baru untuk meningkatkan produktivitas.
Namun, Anthony juga menilai kebijakan pemerintah selama ini masih kurang efektif untuk mendorong pertumbuhan kredit. Hal ini dipastikan bukan karena perbankan yang enggan memberikan pinjaman.
Kwik Kian Gie yang juga pemilik Yayasan Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII) mengajak perbankan Indonesia memperbaiki kinerjanya untuk menghadapi persaingan di pasar bebas ASEAN 2020. Ia menilai, tanpa perbaikan kinerja dari perbankan Indonesia, maka perbankan akan mengalami kehancuran ketika pasar bebas ASEAN 2020 berlangsung.
"Bank Indonesia, misalnya, menentukan bahwa spread (selisih bunga deposito dan bunga kredit) tidak boleh terlalu tinggi," tuturnya.
Sumber
: Yahoo News